1.
Masa berburu dan mengumpulkan makanan
tingkat sederhana
Kehidupan
penduduk pada masa ini adalah sederhana sekali, sepenuhnya tergantung pada alam
lingkungannya. Mereka hidup mengembara dari satu tempat ketempat lainnya
(nomaden). Daerah-daerah yang dipilihnya ialah daerah yang mengandung
persediaan makanan dan air yang cukup untuk menjamin kelangsungan hidupnya.
Hidup berburu dilakukan oleh kelompok kecil dan hasilnya dibagi bersama. Tugas
berburu dilakukan oleh kaum laki-laki, karena pekerjaan ini memerlukan tenaga
yang cukup besar untuk menghadapi segala bahaya yang mungkin terjadi. Perempuan
hanya bertugas untuk menyelesaikan pekerjaan yang ringan misalnya mengumpulkan
makanan dari alam sekitarnya. Hingga saat ini belum ditemukan bukti-bukti apakah
manusia pada masa itu telah mengenal bahasa sebagai alat bertutur satu sama
lainnya.
Walaupun
bukti-bukti yang terdapat di Bali kurang lengkap, tetapi bukti-bukti yang
ditemukan di Pacitan (Jawa Timur) dapatlah kiranya dijadikan
pedoman. Para ahli memperkirakan bahwa alat-alat batu dari Pacitan yang sezaman
dan mempunyai banyak persamaan dengan alat-alat batu dari Sembiran, dihasilkan
oleh jenis manusia. Pithecanthropus erectus atau keturunannya. Kalau
demikian mungkin juga alat-alat baru dari Sambiran dihasilkan oleh manusia
jenis Pithecanthropus atau
keturunannya.
contoh
alat yang digunkan pada zaman Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat
sederhana
2.
Masa berburu
dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut
Pada masa
berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, di Indonesia sudah ada
usaha-usaha untuk bertempat tinggal secara tidak tetap di gua-gua alam,
utamanya di gua-gua paying, yang setiap saat mudah untuk ditinggalkan, jika
dianggap sudah tidak memungkinkan lagi tinggal di tempat itu.
1)
Keadaan lingkungan
Api sudah dikenal sejak sebelumnya, karena sangat bermanfaat untuk berbagai keperluan hidup, seperti untuk memasak makanan, sebagai penghangat tubuh, dan untuk menghalau binatang buas pada malam hari.
Terputusnya hubungan kepulauan Indonesia dengan Asia Tenggara pada akhir masa glasial keempat, terputus pula jalan hewan yang semula bergerak leluasa menjadi lebih sempit dan terbatas, dan tenpaksa menyesuaikan din dengan lingkungan baru. Tumbuh-tumbuhan yang mula-mula ditanam adalah kacang-kacangan, mentimuri, umbi-umibian dan biji-bijian, seperti juwawut, padi, dan sebagainya.
Api sudah dikenal sejak sebelumnya, karena sangat bermanfaat untuk berbagai keperluan hidup, seperti untuk memasak makanan, sebagai penghangat tubuh, dan untuk menghalau binatang buas pada malam hari.
Terputusnya hubungan kepulauan Indonesia dengan Asia Tenggara pada akhir masa glasial keempat, terputus pula jalan hewan yang semula bergerak leluasa menjadi lebih sempit dan terbatas, dan tenpaksa menyesuaikan din dengan lingkungan baru. Tumbuh-tumbuhan yang mula-mula ditanam adalah kacang-kacangan, mentimuri, umbi-umibian dan biji-bijian, seperti juwawut, padi, dan sebagainya.
2)
Keberadaan manusia
Ada dua ras yang mendiami Indonesia pada permulaan Kala Holosin, yaitu Austromelanesoid dan Mongoloid. Mereka berburu kerbau, rusa, gajah, dan badak, untuk dimakan.
Di bagian Barat dan utara ada sekelompok populasi dengan ciri-ciri terutama Austromelanesoid dengan hanya sedikit campuran Mongoloid. Sedangkan di Jawa hidup juga kelompok Austromelanesoid yang lebih sedikit lagi dipengaruhi oleh unsur-unsur Mongoloid. Lebih ke timur lagi, yaitu di Nusa Tenggara sekarang, terdapat pula Austromelanesoid.
Ada dua ras yang mendiami Indonesia pada permulaan Kala Holosin, yaitu Austromelanesoid dan Mongoloid. Mereka berburu kerbau, rusa, gajah, dan badak, untuk dimakan.
Di bagian Barat dan utara ada sekelompok populasi dengan ciri-ciri terutama Austromelanesoid dengan hanya sedikit campuran Mongoloid. Sedangkan di Jawa hidup juga kelompok Austromelanesoid yang lebih sedikit lagi dipengaruhi oleh unsur-unsur Mongoloid. Lebih ke timur lagi, yaitu di Nusa Tenggara sekarang, terdapat pula Austromelanesoid.
3)
Teknologi
Ada tiga tradisi pokok pembuatan alat-alat pada masa Fos Plestosin, yaitu tradisi serpih bilah, tradisi alat tulang, dan tradisi kapak genggam Sumatera Persebaran alatnya meliputi Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua Alat tulang ditemukan di Tonkin Asia Tenggara sedangkan di Jawa ditemukan di Gua Law Semanding Tuban, di Gua Petpuruh utara Prajekait dan Sodong Marjan di Besuki. Kapak gengga Sumatera ditemukan di daerah pesisir Sumater Utara, yaitu di LhokSeumawe, Binjai, dan Tamiang.
Ada tiga tradisi pokok pembuatan alat-alat pada masa Fos Plestosin, yaitu tradisi serpih bilah, tradisi alat tulang, dan tradisi kapak genggam Sumatera Persebaran alatnya meliputi Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua Alat tulang ditemukan di Tonkin Asia Tenggara sedangkan di Jawa ditemukan di Gua Law Semanding Tuban, di Gua Petpuruh utara Prajekait dan Sodong Marjan di Besuki. Kapak gengga Sumatera ditemukan di daerah pesisir Sumater Utara, yaitu di LhokSeumawe, Binjai, dan Tamiang.
4)
Masyarakat
Manusia yang hidup pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, mendiami gua-gua terbuka atap gua-gua payung yang dekat dengan sumber air atau sungai sebagai sumber makanan, berupa ikan, kerang, siput, dat sebagainya. Mereka membuat lukisan lukisan di dinding gua, yang menggambarkan kegiatannya, dan juga kepercayaan masyarakat pada saat itu.
Manusia yang hidup pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, mendiami gua-gua terbuka atap gua-gua payung yang dekat dengan sumber air atau sungai sebagai sumber makanan, berupa ikan, kerang, siput, dat sebagainya. Mereka membuat lukisan lukisan di dinding gua, yang menggambarkan kegiatannya, dan juga kepercayaan masyarakat pada saat itu.
contoh lukisan goa pada masa berburu
dan mengumpulakan makanan tingkat lanjut
3. Kehidupan masyarakat berternak dan bercocok tanam
1.
Lingkungan Alam
Kemampuan
berpikir manusia untuk mempertahankan kehidupannya mulai berkembang. Mereka
tidak lagi berpindah-pindah tempat untuk mencari hewan-hewan buruan, tetapi
sebaliknya mereka mulai menetap dan mengolah tanah disekitarnya untuk ditanami
dengan berbagai jenis tanaman yang dapat mereka makan. Selain itu, mereka mulai
menjinakan hewan-hewan yang dapat membantu kebutuhan hidupnya seperti
kuda, kerbau, babi sapi, anjing dan sebagiannya. Dari pola bercocok tanam ini
manusia sudah dapat menguasai alam lingkunagn serta isinya.
2.
Kehidupan social
Kehidupan
manusia pada masa bercocok tanam mengalami peningkatan yang cukup pesat.
Masyarakatnya telah memiliki tempat tinggal yang tetap. Kehidupan social yang
dilakukan oleh masyarakat pada masa bercocok tanam ini terlihat dengan jelas
melalui cara kerja dengan bergotong-royong, diantaranya adalah bersawah,
merambah hutan untuk perkebunan, membangun rumah sebagai tempat tinggal dll.
Cara
hidup bergotong royong ini merupakan salah satu cirri kehidupan yang bersifat
agraris hingga sekarang terutama bagi masyarakat yang berada di daerah pedesaan
atau pegunungan. Budaya hidup bergotong-royong masih dipertahankan. Dalam
perkembangannya, pola hidup menetap telah membuat hubungan social masyrakat
terjalin dan teroganisasi dengan lebih baik. Dalam perkumpulan masyarakat yang
masih sederhana biasannya terdapat seorang pemimpin yang disebut kepala suku.
Pemilihan
kepala suku dilakukan dengan menggunakan sistem primus inter pares
yang utama diantara yang lain, syarat-syarat untuk menjadi kepala suku di
antaranya harus memiliki kesaktian, kewibawaan, dan memiliki jiwa keperwiraan.
4.
Kehidupan Manusia Purba Masa perundagian
Zaman perundagian adalah zaman di mana manusia sudah mengenal pengolahan logam.
Hasil-hasil kebudayaan yang dihasilkan terbuat dari bahan logam. Adanya
penggunaan logam, tidaklah berarti hilangnya penggunaan barang-barang dari
batu. Pada masa perundagian,
manusia masih juga menggunakan barang-barang yang berasal dari batu. Penggunaan
bahan dari logam tidak begitu tersebar luas sebagaimana halnya bahan dari batu.
Persediaan logam sangat terbatas. Hanya orang-orang tertentu yang memiliki
barang-barang dari logam. Kemungkinan hanya orang-orang yang mampu membeli
bahan-bahan tersebut. Keterbatasan persediaan tersebut memungkinkan
barang-barang dari logam diperjualbelikan. Adanya perdagangan tersebut dapat
diperkirakan bahwa manusia pada zaman perundagian telah
mengadakan hubungan dengan luar.
A.
Sistem sosial-ekonomi Manusia Purba Masa perundagian
Masyarakat pada masa perundagian diperkirakan
sudah mengenal pembagian kerja. Hal ini dapat dilihat dari pengerjaan
barang-barang dari logam. Pengerjaan barang-barang dari logam membutuhkan suatu
keahlian, tidak semua orang dapat mengerjakan pekerjaan ini. Selain itu, ada
orang-orang tertentu yang memiliki benda-benda dari logam. Dengan demikian pada
masa perundagian sudah terjadi pelapisan sosial.Bahkan bukan hanya pembuat dan
pemilik, tetapi adanya pedagang yang memperjualbelikan logam.
Pada masa perundagian kehidupan sosialnya sudah
mengenal sistem kemasyarakatan yang sudah teratur. Masyarakat hidup diikat oleh
norma-norma dan nilai. Norma-norma dan nilai-nilai ini diciptakan oleh mereka
sendiri, disepakati dan dijadikan pegangan dalam menjalan kehidupannya.
Sebagaimana layaknya dalam suatu sistem kemasyarakatan, pada masa ini sudah ada
pemimpin dan ada masyarakat yang dipimpin. Struktur ini dikatakan ada kalau
dilihat dari penemuan alat-alat untuk penguburan. Kuburan-kuburan yang ada
terdapat kuburan yang diiringi dengan berbagai bekal bagi mayat.
Model kuburan ini diperkirakan hanya untuk para
pemimpin. Sistem mata pencaharian pada masa perundagian sudah mengalami
kemajuan. Keterikatan terhadap bahan-bahan makanan yang disediakan oleh alam
mulai berkurang. Mereka mampu mengolah sumber-sumber daya yang ada di alam
untuk dijadikan bahan makanan. Cara bertani berhuma sudah mulai berubah menjadi
bertani dengan bersawah. Ada perbedaan dalam cara bertani berhuma dengan
bersawah. Dalam bertani berhuma ada kebiasaan meninggalkan tempat olahannya,
apabila tanahnya sudah tidak subur, jadi hidup mereka pun tidak menetap secara
permanen.
Sedangkan dalam bertani bersawah tidak lagi
berpindah, mereka tinggal secara permanen. Hal ini dikarenakan pengolahan tanah
pertanian sudah menggunakan pupuk yang membantu kesuburan tanah. Dengan
demikian masyarakat tidak akan meninggalkan lahan garapannya. Bukti adanya
kehidupan bersawah yaitu dengan ditemukannya alat-alat pertanian dari logam,
seperti bajak, pisau, dan alat-alat yang lainnya.
B.
Benda-benda yang dihasilkan Manusia Purba Masa perundagian
Benda-benda
yang dihasilkan pada zaman perundagian mengalami kemajuan dalam hal teknik
pembuatan. Teknik pembuatan barang dari logam yang utama adalah melebur, yang
kemudian dicetak sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Ada dua teknik
pencetakan logam yaitu bivolve dan a cire perdue. Teknik bivolve dilakukan dengan cara menggunakan cetakan-cetakan
batu yang dapat dipergunakan berulang kali. Cetakan terdiri dari dua bagian
(kadang-kadang lebih, khususnya untuk benda-benda besar) diikat. Kedalam rongga
cetakan itu dituangkan perunggu cair. Kemudian cetakan itu dibuka setelah
logamnya mengering.
Teknik a cire perdue dikenal pula dengan istilah cetak lilin. Cara yang
dilakukan yaitu dengan membuat cetakan model benda dari lilin. Cetakan tersebut
kemudian dibungkus dengan tanah liat. Setelah itu tanah liat yang berisi lilin
itu dibakar. Lilin akan mencair dan keluar dari lubang yang telah dibuat. Maka
terjadilah benda tanah liat bakar yang berongga. Bentuk rongga itu sama dengan
bentuk lilin yang telah cair. Setelah cairan logam dingin, cetakan tanah liat
dipecah dan terlihatlah cairan logam yang telah membeku membentuk suatu barang
sesuai dengan rongga yang ada dalam tanah liat. Pada masa perundagian
dihasilkan benda-benda yang terbuat dari perunggu, yaitu sebagai berikut:
1) Bejana Manusia
Purba Masa perundagian
Bentuk bejana perunggu seperti gitar Spanyol tetapi tanpa tangkainya. Pola hiasan benda ini berupa pola hias anyaman dan huruf L.Bejana ditemukan di daerah Madura dan Sumatera.
Bentuk bejana perunggu seperti gitar Spanyol tetapi tanpa tangkainya. Pola hiasan benda ini berupa pola hias anyaman dan huruf L.Bejana ditemukan di daerah Madura dan Sumatera.
Gambar 4.20 Bejana perunggu dari Madura
2) Nekara Manusia
Purba Masa perundagian
Nekara ialah semacam berumbung dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atapnya tertutup. Pada nekara terdapat pola hias yang beraneka ragam. Pola hias yang dibuat yaitu pola binatang, geometrik, gambar burung, gambar gajah, gambar ikan laut, gambar kijang, gambar harimau, dan gambar manusia. Dengan hiasan yang demikian beragam, maka nekara memiliki nilai seni yang cukup tinggi.
Nekara ialah semacam berumbung dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atapnya tertutup. Pada nekara terdapat pola hias yang beraneka ragam. Pola hias yang dibuat yaitu pola binatang, geometrik, gambar burung, gambar gajah, gambar ikan laut, gambar kijang, gambar harimau, dan gambar manusia. Dengan hiasan yang demikian beragam, maka nekara memiliki nilai seni yang cukup tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar